Sabtu, 01 September 2012

Cerita Nafsu Dewasa

ka cukup baik pada keluargaku dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka PakDhe dan BuDhe, hari itu kebetulan aku sedang mengikuti interview di hotel Tunjungan Plasa Surabaya. Oh ya.. namaku Rinelda. 24 tahun. Aku pernah menjadi Finalis Putri sebuah kontes kecantikan di Malang, Aku pernah menikah tapi belum mempunyai anak karena usia perkawinanku baru berjalan 4 bulan dan sudah 3 bulan ini menjanda karena suamiku sangat pencemburu akhirnya ia menceraikan aku dengan alasan aku terlalu mudah bergaul dan gampang di ajak teman laki-lakiku. Dari teman dan suami aku mendapat pujian bahwa aku cantik, tubuh yang cukup sintal dengan tinggi 173 cm mulus dan 2 bongkahan susu yang gede tapi untuk ukuran seorang janda tak mengecewakanlah, cocok dengan body ku yang cukup atletis. Soal sexs, dulu setiap ber “ah-uh” dengan suamiku aku merasa kurang, mungkin karena gairah sex yang kumiliki sangat kuat sehingga kadang-kadang suamiku yang merasa tak mampu memuaskan tempikku, meski aku bisa orgasme tetapi masih kurang puas! Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 16.15 menit, aku sedikit dongkol karena seharusnya aku sudah dipanggil sejak pukul 15.00 tadi, padahal aku sudah datang sejak pukul 14.30 tadi. “He..eh” aku pun cuma bisa menggerutu sambil mencoba untuk memahami bahwa aku butuh kerja untuk saat ini. “Hallo!” suara perempuan mengagetkanku dari lamunan. “Ya !” jawabku sambil berdiri. Sejurus aku memandang kearah perempuan itu, Cantik! “Nona Rinelda?” dia bertanya sambil mengulurkan tangan mempersilahkan aku kembali duduk. Beberapa saat kami berbicara dan ku tahu namanya adalah Rifda, dia memakai jam gede di tangan kanannya, dengan nama dan pakaian yang lumayan seksi mengingatkanku pada teman SMP ku di Malang, ternyata dia mengaku seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan dan sedang mencari model, setelah berbicara tentang diriku panjang lebar akhirnya dia berkata bahwa aku cocok untuk menjadi salah satu modelnya. Akhirnya aku mendapatkan kepastian esok hari aku akan bekerja, aku pun berjalan pulang dengan langkah seolah lebih ringan dari biasanya. Sesampainya di jalan sebelum rumahku, sekedar Anda tahu bahwa sejak aku mencari kerja aku tinggal di rumah BuDhe Tatik saudara dari ibuku. Ada beberapa anak muda bergerombol, ketika aku lewat di depannya, mereka menatapku dengan mata yang seolah-olah mengikuti gerakan pantatku yang kata teman-temanku memang mengundang mata lelaki untuk meremas dan mendekapnya. “Wuih, kalau aku jadi suaminya ga tak bolehin dia pake celana dalam !” ucap salah satu dari mereka namun terdengar jelas di telingaku. “Rai mu ngacengan!” timpal temannya, disambut tawa teman-teman lainya. Sampai di rumah pukul 18.30. aku langsung mandi untuk mengusir kepenatan dan panas yang hari itu kurasa sangat menyengat. “Gimana hasil kamu hari ini Rin?” kudengar suara BuDhe Tatik dari dalam kamarnya. “Besok aku sudah mulai kerja BuDhe” jawabku. ”Kerja yang benar jangan melawan sama atasan terima saja perintah atasan karena mencari pekerjaan itu sulit dan yang penting kamu suka dan menikmati apa yang kamu kerjakan” kata-kata dan wejangan dari orang tua pada umumnya namun ada poin tertentu yang terasa ganjil menurutku. Sosok BuDhe Tatik adalah Wanita yang dalam berbicara cukup seronok apalagi jika berbicara dengan pemuda di kampungnya sekitar 38 tahunan, cukup seksi dalam penampilannya, suaminya adalah seorang PNS di KMS, dia pun juga tak kalah ngawur kalau berbicara yang berbau saru dengan BuDhe atau teman-temannya. Tak berapa lama setelah ngobrol aku pun beranjak ke kamar. Kamarku sendiri adalah bekas ruang tamu yang dipasang sekat dari triplek. Sekitar pukul 22.30 an aku mendengar suara aneh bercampur derit kursi seperti di dorong atau ditarik berulang-ulang dari ruang tamu depan kamarku persis, sejenak kuperhatikan secara seksama suara tersebut dan aku penasaran dengan suara tersebut. Sedikit kubuka pintu kamarku, betapa kaget setelah mengetahui BuDhe sedang duduk di kursi sambil mengakangkan kakinya sementara PakDhe di depannya sambil memegang kedua kaki BuDhe pada pundak sedangkan pantatnya bergerak maju mundur. “Ougghh...Aagghh..sstthh..” suara yang keluar dari mulut BuDhe. Seolah menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya, badanku terasa panas dan pikiran yang tak tahu harus bagaimana karena baru kali ini aku benar-benar melihat hal ini live di depan mataku. Selama kurang lebih 10 menit kedua orang itu melakukan sambil duduk akhirnya PakDhe menarik Batang Kontolnya dari dalam tempik BuDhe, ya ampun ternyata Batang Kontolnya lumayan gede lebih gede dari pada milik mantan suamiku yang biasa mengocok isi tempikku, akhir-akhir ini aku sering nonton BF saat PakDhe dan Budhe sedang kerja, pernah sekali aku hampir kepergok oleh PakDhe saat aku sedang nonton BF sambil mempermainkan liang nikmatku, namun ternyata PakDhe tidak peduli dan mungkin mengetahui bahwa aku seorang wanita yang butuh kesenangan pada salah satu bagian tubuhku, namun saat itu PakDhe hanya tersenyum sambil mengambil sesuatu dari dalam kamarnya yang mungkin tertinggal dan segera pergi lagi. Kusaksikan BuDhe mengambil posisi menungging dengan kedua tangannya memegang kursi di hadapannya. “Ayo mas cepet keburu tempiknya kering” pinta BuDhe dengan suara yang pelan mungkin agar orang luar tidak mendengar dan mengetahui tapi kenyataanya aku malah menyaksikan dan memperhatikan secara detil apa yang mereka perbuat. Kulihat kali ini PakDhe mengeloco tongkolnya sebelum dimasukkan ke tempik yang sudah minta di jejeli tersebut. “Ach…ack…sh” suara yang keluar dari mulut laki-laki tersebut. Akhirnya kulihat lagi adegan itu dari belakang karena mereka membelakangi kamarku. Ada yang berdenyut pada tempikku tanpa terasa tanganku masuk ke dalam celana dalam yang kupakai, ku tekan pada itilnya. “Ahk” terasa geli dan benar terangsang tempikku kali ini. Aku tersenyum mendapatkan pengalaman ini. “Tempikmu… uenak..Tik pe… res… Batang Kontolku sampe keenakan...” kata-kata terputus dari Pakdhe seolah tak kuasa menahan nikmat yang dirasakannya. “Lebih cepat… mas… cep… at!” BuDhe pun seakan mengharapkan serangan dari suaminya lebih hebat lagi. “A… ach… aku keluar ma… s!” suara BuDhe terdengar setengah berteriak. Wanita itu terlihat melemas tapi PakDhe tetap menggenjot dengan lebih giat kali ini tangannya memegang pantat BuDhe yang bulat mulus itu dan akhirnya laki-laki itupun menekan tongkolnya lebih dalam kearah tempik didepannya tersebut. Sambil menahan sesuatu. Ketika konsentrasiku tertuju pada tongkol dan tempik yang sedang beradu tersebut tanpa kusadari sambil digenjot BuDhe menoleh ke arah pintu kamarku dan tersenyum, “Hek” aku kaget setengah mati segera kututup pelan-pelan pintu kamar dan kembali ke tempat tidurku, beribu pikiran menyeruak dalam benakku antara bingung dan takut karena mungkin kepergok saat mengintip tadi. Aku kecewa karena tidak melihat bagaimana raut muka PakDhe ketika mencapai puncak kepuasan. Terasa ada yang basah di selangkanganku saat aku menyaksikan adegan tadi, “yah aku terangsang” terakhir kali aku merasakan nikmatnya berburu nafsu dengan suamiku adalah hampir 4 bulan yang lalu. Memang aku mudah terangsang jika melihat hal-hal yang berbau porno. Sering kali aku melakukan masturbasi dengan membayangkan laki-laki yang kekar dan memiliki Batang Kontol yang kokoh tegak berdiri dan akhirnya aku memasukkan sesuatu ke dalam tempikku yang seolah lapar akan terjangan Batang Kontol laki-laki, tapi terkadang aku merasa ada yang kurang dan memang aku butuh Kontol yang sebenarnya, Tanpa kupungkiri aku butuh yang satu itu. Kulihat jam di dinding kamarku menunjukan pukul 11.35, ya ampun besok aku kan mulai kerja! Sialan gara-gara Kontol dan tempik perang diruang tamu akhirnya aku tidur kemalaman! Emang dikamar kurang luas apa? “Aah sialan!” umpatku dalam hati. Pukul 04.30 aku terbangun, ketika akan membuka pintu kamar aku teringat akan kejadian yang baru aku saksikan semalam, pelan-pelan kubuka ternyata tak kulihat orang diluar, aku langsung menuju dapur untuk memulai aktivitas pagi, terkadang aku harus membantu memasakkan sarapan pagi dan menyapu lantai sebelum menjalankan aktivitasku sendiri, aku merasa adalah suatu yang lumrah karena aku menumpang disini. Aku berjalan melewati depan pintu kamar BuDhe yang terbuka lebar, sekali lagi aku terhenyak kali ini aku menyaksikan dua orang sedang tidur tanpa memakai baju sama sekali, kulihat senyum di bibir Budhe Tatik, tanda kepuasan atas perlakuan suaminya tadi malam mungkin. Di kamar mandi aku kembali memikirkan kejadian semalam yang membuatku “terus terang cukup terangsang” apalagi jika mengingat Batang Kontol yang gede milik PakDhe. “Aahh” rupanya tanganku sudah berada di sela-sela pahaku yang mulus dan bulu hitam yang tampak olehku cukup lebat meski tak terlalu banyak diantara garis melintang ditengahnya, tiba-tiba nafasku berburu kala kuteruskan untuk menggosok bagian atasnya, “Sialan!” pikirku dalam hati. Kusiram tubuhku untuk mengusir nafsu yang mulai mengusik alam pikiranku. Sebelum berangkat kerja di hari pertamaku, kusempatkan untuk sarapan pagi siapa tahu nanti aku harus kerja keras di kantor. “Jaga diri baik-baik Rin” kata BuDhe sambil menepuk pundakku, “Eh.. iya.. BuDhe Rinel tahu kok” kataku sambil ngangguk. Kulihat BuDhe baru keluar kamar dengan mengenakan handuk pada bagian susu sampai atas lututnya, wajahnya tampak masih berseri meskipun tampak kecapean. “Edan udah jam 7!” pekikku dalam hati. “BuDhe aku berangkat dulu” pamit ku. “Yo ati-ati Nduk ingat ikuti dengan baik perintah atasan lakukan dengan baik tanpa banyak kesalahan” katanya sambil tersenyum padaku, senyum itu penuh makna sama seperti tadi malam. “Enggeh BuDhe… ” aku pun keluar rumah menuju tempat kerjaku yang baru. Dari depan kantor itu aku berjalan menuju pos sekuriti, “Permisi” aku mendekati seorang sekuriti, “Ada yang bisa saya bantu mbak?” tanyanya dengan sopan. Tubuh yang lumayan atletis tangan yang kekar serta tonjolan di bawah perutnya cukup menantang dibalut celana yang agak ketat di bagian pahanya. “Ruangan Ibu Rifda dimana ya?” tanyaku. “Bu Rifda Miranti? Pasti sampeyan mbak Rinelda!” terlihat senyum dibibirnya masih dengan ramah dan sopan. Aku cuma mengangguk. “Tunggu sebentar mbak” sambil mengangkat intercom di depannya, ketika dia berbicara dengan seseorang aku melihat suasana sekeliling. “Kok sepi ya?” tanyaku dalam hati. “Sebentar lagi karyawan Ibu Rifda akan menemui mbak, silahkan menunggu” katanya sambil menunjuk kursi sofa di tengah ruangan yang cukup besar. Ketika aku baru akan meletakkan pantatku aku melihat sesuatu yang ganjil di lingkungan perkantoran ini, tak terlalu banyak orang yang biasa ada pada sebuah perkantoran, kuperhatikan sekuriti tadi kulihat dia berbicara dengan temannya tersenyum-senyum sambil memandang kearahku, tak berapa lama kudengar namaku dipanggil seorang wanita. “Rinelda?” “Saya” jawabku sambil memalingkan muka kearah datangnya suara tadi, “Hai, kamu mau kerja disini?” tanyanya lagi. “Lho Agatha, kamu kerja disini ya?” kataku sambil kembali bertanya. “Tadi aku disuruh sama bu Rifda untuk menemui kamu, ayo ikut aku!” sambil ngobrol kami pun berjalan menaiki tangga menuju ruangan Bu Rifda. “Tunggu sebentar ya” kata Agatha. Pintu di ruangan itu sedikit terbuka ketika dia masuk kulihat didalamnya ada 3 wanita yang menurutku cantik, berbusana mahal dan seksi. Itu mungkin beberapa model yang dimilikinya. “Masuk Rin” Agatha membuka pintu lebih lebar. Ternyata di dalam ada 2 laki-laki yang sedang melihat 3 wanita didepannya . ”Nah ini dia cewek baru yang aku dapatkan kemarin di Tunjungan, namanya Rinelda” kata bu Rifda sambil menunjuk ke arahku pada ke dua laki-laki itu. “Rin, mas-mas ini dari Jakarta mereka akan menguji kemampuan kamu dalam memakai barang mereka” aku segera mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah desainer atau rekan kerja bu Rifda. Aku mendekat dan berjabat tangan dengan keduanya, “Rif, kami perlu kerja di dalam studio” kata laki-laki yang sedari tadi melotot melihat 3 wanita dihadapannya sambil menenteng kamera. Lelaki itu berjalan diikuti oleh ketiga gadis. “Tunggu sebentar ya Rin” kata bu Rifda sambil mengajak lelaki yang satunya serta Agatha. Aku terdiam sebentar sambil melihat ruangan yang cukup besar tersebut, ketika melewati ruangan yang baru di masuki oleh tiga gadis dan seorang lelaki tadi aku mendengar suara tertawa wanita kegelian dari dalamnya, kucoba untuk mendekat pada ruangan itu, aku semakin penasaran kerja macam apa kok suaranya seperti… Yah aku ingat suara itu mirip desahan BuDhe Tatik semalam! Kucoba lebih dekat untuk mengetahuinya tapi… “Rin?” tiba-tiba Bu Rifda sudah berada di sampingku. “Ada yang mau aku tunjukan padamu” katanya sambil berjalan ke ruangan pribadinya, tertulis didepan pintu ruangan tersebut. “Mana Agatha? Sama lelaki yang tadi?” tanyaku dalam hati. Di dalam ruangan itu terdapat banyak foto diatas meja. “Duduk Rin” katanya mengetahui aku sedang menunggu dipersilahkan. “Bu, maaf kamar kecil dimana? Saya kebelet pipis” tanyaku sambil nyengir menahan sesuatu dibawah selakangku. “Ah..ya..” dia menunjuk kearah belakangnya. Aku langsung bergerak ke sana, masuk kamar kecil itu aku langsung melorotkan celana dalam yang kupakai dan Chessh…. ” Suara khas air yang keluar dari tempikku, saat ku jongkok aku mendengar samar-samar suara laki-laki. “Aah….uh…ya …ayo..terus …sedot…ah nah gitu dong…” setelah itu terdengar suara wanita tertawa, segera ku ceboki tempikku, kuangkat kembali CD, sebentar aku terdiam sambil mencari asal suara tadi. Setelah yakin tak kudengar lagi akupun keluar dan menuju ke meja bu Rifda sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya pekerjaan disini, saat ku berjalan mendekati meja bu Rifda kulihat wanita itu sedang berganti pakaian, kulihat tubuh yang sangat seksi dan mulus, pahanya yang putih dan pantatnya bulat putih cukup memberi bagiku untuk berkesimpulan bahwa dia adalah wanita yang sempurna. “Maaf bu” kataku, “Oh tidak apa-apa kok Rin, bisa tolong ambilkan itu” katanya sambil menunjuk kearah kursi kerjanya, “Ini bu?” kulihat sebentar ini adalah baju yang sering dipakai oleh bintang film luar negri. “Ah” aku teringat saat aku melihatnya di sebuah film BF. Aku berikan padanya dan dia memakainya dengan cekatan terlihat bahwa ia sudah terbiasa mengenakan pakaian model itu. “Kita bekerja dengan scenario dan harus tampil cantik serta se-seksi mungkin karena target penjualan kita adalah kaum Pria” katanya sambil membenahi pakaiannya, “Hari ini adalah saat dimana kamu akan menjadi seorang entertainer seperti gadis-gadis diluar tadi”, aku mendengarkannya sambil mengira-ira apa kerjaku sebenarnya. “Maaf sebelumnya Agatha di sini sebagai apa bu?” tanyaku, “Kenapa?” dia balik bertanya, “Kamu mau tahu tugas dia?” katanya sambil mengambil sebuah remote control di laci mejanya, “Tugas dia adalah menjamu para tamu dan melayani mereka sebelum mereka memulai kerja yang sebenarnya” katanya sambil menunjuk sebuah televisi berukuran raksasa di belakangku. Betapa kaget aku melihat apa yang terpampang dihadapanku, ternyata Agatha sedang bergumul dengan laki-laki di sebuah ruangan kosong yang hanya di lapisi karpet tebal diseluruh ruangan itu, setengah tak percaya kembali kulihat kearah bu Rifda, dia hanya tersenyum sambil matanya berbinar-binar seolah bernafsu karena melihat kejadian di layer tersebut, aku segera mengetahui apa yang sedang dan akan kualami maka aku berjalan menuju pintu keluar, tapi apa yang ku dapat pintu itu terkunci! Aku menoleh kearah wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum sambil matanya tetap menyaksikan adegan Agatha dan laki-laki itu dihadapannya. “Kamu bisa berteriak kalau kamu mau tapi itu tak akan berguna karena seluruh ruangan disini telah kedap jadi tak akan ada yang mendengar” katanya. “Duduklah maka tidak akan terjadi sesuatu padamu atau jika tidak aku panggilkan satpam didepan agar membuatmu diam” kali ini nadanya terdengar sedikit mengancam. Aku pun telah paham bahwa aku tak bisa berbuat apa-apa, saat terduduk aku dihampiri oleh wanita itu dan tanpa kusadari dia telah menarik tanganku ke belakang dan mengikatnya dengan tangkas, aku berontak tapi tak bisa karena kursi yang ku duduki besar dan berat, akhirnya aku terdiam. “Sudah kita nikmati saja tontonan yang disuguhkan teman SMP kamu itu” katanya, sialan rupanya Agatha telah bercerita banyak tentang aku. Agatha adalah temanku saat duduk di bangku SMP di Malang, dia adalah type cewek yang cukup berani tampil seksi dan punya teman cowok yang cukup banyak, dan dia pun telah kehilangan keperawanannya saat perayaan kelulusan di suatu acara yang diadakan oleh teman-temannya, “Kurang ajar, kenapa aku harus melewati hari yang seperti ini?” kataku dalam hati. Dari layar raksasa dihadapanku kulihat Agatha sedang duduk di atas pria itu sambil menaik-turunkan pantatnya yang bahenol. ‘Oh… oh… ouh… ha… enak maass?” tiba-tiba suara Agatha terdengar sangat keras, rupanya Bu Rifda menaikan volume pada remote controlnya. “Ga seru kalau tidak ada suaranya ya Rin?” kata wanita itu namun aku tak mempedulikan kata-katanya. Aku menunduk tak mau melihat apa yang ada dilayar TV besar itu, tapi suara yang menggoda nafsu itu tetap terdengar. “Setiap aku kesini… kurasa… tempik kamu masih… ouckh… tetap… keset… Th..ah” suara laki itu tersendat-sendat. “Tapi Batang Kontol mas….kok rasanya.. tam.. baa.. ah… aha…” suara Agatha tak terselesaikan. “Jangan munafik Rin kamu pasti terangsang kan?” lagi suara Rifda terdengar tak kupercaya wanita yang kemarin kutemui ini terlihat anggun dan sopan kini… “Perempuan macam apa kamu Rif?” kataku tapi tak kudengar jawaban darinya yang kudengar hanya suara dia sedikit tertawa. Tak berapa lama kembali kudengar Agatha berteriak “Ack… a… yah… terus… tete… rus… sentak lagi… mas!” kali ini aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang saat ini dilakukan laki-laki itu pada Agatha. Kulihat Agatha sudah nungging dengan bertumpu pada lututnya sementara laki-laki itu menekan-nekan tongkolnya yang besar itu maju-mundur ke arah tempik Agatha yang tampak menganga dan berdenyut-denyut itu, cukup lama mereka saling mengimbangi gerakan maju mundur itu satu sama lainnya, akhirnya… “Aku… ke… luar… mas… aih… ya… ah!” nampak Agatha telah mencapai puncak orgasme tubuhnya terlihat sedikit melemah namun si lelaki itu terus mengocok KOntolnya yang masih menegang itu sambil tangannya memegang bongkahan pantat Agatha, aku sendiri terangsang melihat semua ini dan merasa ada yang mulai membasah di tempikku, seandainya tanganku tidak di ikat pasti aku sudah memegang itil kecil ku. “Ackh… sh… oh… sh… ” nampaknya laki itu sudah memuntahkan pejunya di dalam tempik Agatha. Tiba-tiba Rifda mematikan layer tersebut dan berkata “Gimana Rin, apa yang kamu rasakan pada Tempikmu?” seolah mengetahui apa yang aku rasakan. “Lepaskan! Aku mau keluar dari tempat ini!” teriakku menutupi rangsangan yang aku rasakan. “Keluar? sebentar, ada yang mau aku perlihatkan sama kamu!” lalu dia menekan kembali remote di tangannya kearah layar raksasa dan… “ya ampun!” ternyata BuDhe Tatik! Mengenakan baju berwarna merah menantang seperti yang dipakai oleh Rifda, dia sedang sibuk mengulum KOntol seorang laki-laki disebuah ruangan yang hanya terdapat sebuah ranjang yang cukup bagus, ku lihat pria itu memegang kepala BuDhe agar lebih cepat emutannya, sementara tangan kiri BuDhe mempermain kan tempiknya sendiri. “Eh… eh… e… gm… emph… !” suara wanita dilayar itu seperti menikmati tongkol yang panjang dan besar di dalam mulutnya. “Itu di rekam 2 hari yang lalu” kata.Rifda seperti sedang menerangkan sesuatu padaku. “Maksudmu?” tanyaku, “Lihat dulu baru komentar sayang!” aku pun kembali menyaksikan adegan di depanku itu, belum pernah aku menyaksikan orang yang aku kenal berbuat dengan orang lain seperti yang dilakukan oleh BuDhe dan Agatha. “Kontolmu hot banget mas… besar pa… njang… aku… akua… suka… !” kali ini BuDhe nampak gemas memegang Batang Kontol besar itu dengan kedua tangannya, Batang Kontol pria itu memang sangat besar dibanding dengan milik PakDhe seperti yang kulihat tadi malam. “Kamu akan suka dengan yang seperti ini sayang” katanya sambil menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di atas kursi besar itu. “Tenang Rin, cari nikmatnya dulu ya” aku diam dan tak terlalu banyak bergerak aku tak tahu mengapa aku diam dengan perlakuan Rifda di hadapanku kali ini, Rifda mengosok-gosokkan Batang Kontol mainan itu ke arah selakanganku, aku menggelinjang geli karenanya, aku tahu apa yang akan dilakukannya, dan benar! Dia membuka resleting celanaku, sekali lagi aku diam aku terangsang terasa tempikku berdenyut-denyut menginginkan sesuatu. Dengan tangkas Rifda sudah menarik ke bawah celana yang kupakai, diringi suara desahan nikmat yang disuarakan BuDhe Tatik dari layar didepanku. “Oh… yaa… ya… be… nar… yang situ enak… mas… sh… ah!” kali ini kulihat laki-laki itu sedang menciumi tempik BuDhe yang mengangkang memberi ruang yang bebas pada laki-laki itu, terdengar pula suara mulut laki-laki itu berkecipak. Nampak bokong BuDhe yang bulat itu diangkat agar mulut laki-laki itu dapat masuk lebih jauh mempermainkan lidahnya. Tanpa kusadari paha dan selakangan ku terasa dingin ternyata Rifda telah sukses melepaskan CD ku. “Wah ternyata jembut kamu tebal juga Rin” kata Rifda kemudian tangannya menyentuh mulut tempikku, terasa hangat tangannya, kutatap matanya seolah ingin kubiarkan apa yang dilakukannya, sudah kepalang basah kubiarkan apapun yang dikerjakannya, Saat Rifda sedang sibuk mengemek-emek tempikku dari depan, tiba-tiba lampu ruangan menjadi sangat terang, dan kulihat ada dua orang laki-laki masing memegang kamera dan mengabadikan suasana di ruangan ini. Tak kusadari ada sentuhan tangan pada pundakku. “Rin, rupanya kamu sudah merasakan kenyamanan di ruangan ini” ternyata aku kenal suara laki-laki dari belakangku yah itu suara PakDhe! tanganku berusaha menutupi bagian bawahku yang menganga karena ulah Rifda. “Sudah nikmati saja, toh aku tahu kamu butuh yang seperti ini” kata Pakdhe sambil menempelkan sesuatu yang hangat lunak dan membesar ditanganku yang masih terikat kebelakang. Kupegang dan tahu apa yang aku pegang namun terasa makin hangat dan memanjang. Aku diam memikirkan semua rentetan dan semua orang yang ada disekitarku saat ini, saat kuterdiam ternyata Rifda berdiri di depanku dengan menggerakkan lidah ke bibir sambil memainkan celah tempiknya dan matanya menatap ke arah PakDhe, laki-laki itu tahu apa yang dinginkan Rifda dan segera berdiri mendekat dengan tangan memegang pantat Rifda. “Ayoh, kita bikin janda muda ini tersiksa dan memohon agar tempiknya di isi sesuatu yang hangat! Ha… ha… ha… !” kata Rifda sambil melihatku, tangannya yang cekatan dan terampil mulai mengurut-urut Batang Kontol PakDhe yang sudah mulai kembali menegang, sementara tangan PakDhe meremas-remas susu Rifda yang cuma terbuka pada putingnya sementara aku tetap menatap mereka berdua seolah tak percaya. “U… uh” kata Rifda gemas mengocok Batang Kontol di tangannya. “Sudah, langsung aja masukin Kontolmu pak!” “Lho Rin, tempik Rifda sudah basah! Kamu ga pengin niih?” Kata PakDhe yang mempermainkan tangannya di sekitar tempik Rifda. Kusaksikan gerakan Rifda membalikkan badannya membelakangi tubuh PakDhe, dengan cukup sigap pakDhe segera menggiring batang tongkol yang dipegangnya kearah tempik Rifda yang berada ditengah bongkahan pantat mulus Rifda yang sudah menganga karena bibir tempiknya di kuak sendiri oleh tangan kanannya sementara tangan kirinya menggosok itil yang sedikit menonjol di bagian atasnya. “Hrm ouch… masukin… te… rus… ah sampai men… tock pak!” kata Rifda sambil menarik pantat PakDhe agar segera menekankan tongkolnya lebih dalam. Kali ini mereka merubah posisinya menyampingiku sehingga tampak susu Rifda bergerak-gerak karena gerakan tubuhnya sementara Batang Kontoll PakDhe yang sedang berusaha memasuki liang sempit itu semakin didorong kedepan. “Ah….” Batang Kontol itu sudah tenggelam kedalam tempik rifda PakDhe kemudian menarik Batang Kontolnya pelan-pelan tampak olehku buah pelir Kontol itu menggelantung. “Sabar ya Rif, sebentar… ” kata pakDhe sambil menoleh kearahku sambil mengedipkan mata kirinya seolah berkata. ”Tunggu giliranmu”. “Betapa nikmat kalau Batang Kontol itu bersarang pada tempikku” kembali aku sudah dirasuki hawa nafsu yang sedari tadi menghinggapi pikiranku yang mulai tak terkontrol. Aku mulai menggepit paha agar tempikku yang terasa gatal dan membasah tak diketahui oleh mereka, andai tangan ku tak terikat mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang nikmat! “Eh… ah… mpffh… yang cepat dong… genjot… terus… pak!” teriakan nikmat Rifda sambil menggerakan bongkahan pantatnya kekiri–kanan mengimbangi sentakan PakDhe. “Plak… plak… ” suara benturan paha kedua orang didepanku serta kecipak tempik Rifda yang diterjang tongkol gede itu seolah bersorak senang. Saat kusedang memperhatikan mereka ikatan pada pergelangan tanganku terasa melonggar sedikit kutarik tangan kananku dan terlepas! Sebentar aku bingung apa yang harus kulakukan, namun diluar kesadaranku saat itu ternyata aku tidak mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri lagi pula disitu ada 2 pria berkamera yang pasti akan menghentikanku, yah otakku mungkin sudah dirasuki nafsu. Aku butuh keperluan biologis itu! Aku butuh Batang Kontol yang hangat dengan terjangan yang sesungguhnya bukan seperti yang selama ini kudapatkan dengan masturbasi! Semakin kuperhatikan secara seksama apa yang dikerjakan PakDhe dan Rifda didepanku, Rifda nampak sangat menikmati genjotan PakDhe dari arah belakang. ‘Ay… o.. pak… ayo… terus… kerasin… sentakanmu pak… !” “Tempik nakal… nakal… nakal… ” kata PakDhe setiap kali si tongkol menerobos tempik Rifda. Kulihat tongkat mainan persis tongkol yang diletakkan dimeja oleh Rifda, tak kuhiraukan 2 orang berkamera yang sedang mengabadikan setiap gerakan dan erangan nikmat PakDhe dan Rifda, kuambil mainan wanita itu dan mulai kugesekkan pada tempikku, tak kuhiraukan segalanya! Aku tersenyum karena aku merasa tak tersiksa sama sekali dengan keadaanku saat ini, kali ini aku bermaksud memasukkan tongkol mainan lembut ini pada liang tempikku dan… “Eh… auch… ” bersamaan dengan sodokan PakDhe pada tempik Rifda setiap PakDhe menarik Batang Kontolnya kutarik pula mainan ini dari tempikku. Saat aku sedang menikmati tontonan didepanku tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuk seorang laki-laki yang tadi bergumul dengan Agatha menghampiriku sambil tersenyum, sambil berjalan dia melepas satu persatu kancing baju dan membuka resleting celananya. Kukeluarkan pelan-pelan tongkol mainan dari dalam tempikku. Aku membayangkan isi didalam celana itu adalah Batang Kontol besar seperti yang dirasakan oleh Agatha tadi, yang pasti akan memberi kenikmatan pada tempikku yang sangat merindukan Kontol besar dan panjang itu, kutatap matanya seolah aku memberinya ijin untuk segera menyerang tubuhku, aku sadar bahwa semua perbuatanku saat ini akan direkam dan disebar luaskan, aku tak pedulikan itu aku cuma butuh laki-laki saat ini yang bisa membuatku menggelepar penuh kenikmatan! Ketika Rifda mengetahui laki-laki itu lewat didepannya tangan kanannya memegang Batang Kontol laki-laki itu. “Tempikku… masih… cukup… ah..ah… untuk… tongkolmu… auh… Rudi… say… ang… eh…” Rifda berkata sambil menikmati sodokan PakDhe. Sebentar laki-laki itu berhenti dan memasukan Batang Kontolnya kemulut Rifda. “Ech… mpfh… Rud… empfh… di..kont… tol… ” tampak mulut Rifda seperti kewalahan menelan sebuah pisang yang besar, aku segera bangkit dan menghampiri mereka, yaah aku tak rela jika Kontol dihadapanku ini akan di telan juga oleh tempik Rifda dan aku lagi-lagi jadi penonton, Rifda dan PakDhe tidak terlalu kaget melihatku. “Oh… rupanya kamu baru bisa lepas dari tali tadi ha… ha… ha!” Rifda tertawa setelah Batang Kontol dimulutnya terlepas setelah laki-laki bernama Rudi itu membalikkan diri padaku tampak Kontol besar setengah mengacung itu mengarah padaku. “Wao…” tanpa kuhiraukan si Rudi aku langsung jongkok didepannya dan bersiap mengulum Kontol idamanku itu. “Lihat pak… ah… si… ja… ech… janda… tak tahan… juga… a yes… !” kata Rifda seolah senang dengan apa yang kuperbuat, kumasukan kedalam mulutku dan kepalaku mulai bergerak maju mundur, kurasa sesuatu yang besar sedang berdenyut-benyut di dalam mulutku, “Ach… ternyata pandai juga kamu mempermainkan kontolku dengan mulutmu. “Oh… !” tangan Rudi mulai meremas pentil susuku yang mulai mengeras. Aku memang pandai melakukan oral sex hal itu pun diakui oleh mantan suamiku dulu bahwa mulutku sangat hebat dalam hal ciuman bibir dan mengulum Batang Kontolnya bahkan sering kali saat oral sex suamiku mengeluarkan spermanya di mulutku. “Ehm… ehm… ehm… ” Aku sangat senang dan sangat merindukan batang hangat dan kenyal ini! “Oh… oh… ya… ouh… ” Rudi tampak sangat menyukai kulumanku kupermainkan lidahku pada kepala Kontolnya, sambil memberikan Rudi kenikmatan kulihat PakDhe semakin mempercepat genjotannya, tak lama kemudian. “Arch… a… ah… aku… sudah… kel… luar… pa… ak… a… ” kata Rifda, matanya merem-melek menahan sesuatu yang keluar dari dalam tempiknya. Saat Rifda mulai sedikit lemas ternyata PakDhe mengeluarkan Batang Kontolnya dan melihat kearah Rudi seolah mengetahui maksud PakDhe, Rudi pelan-pelan menarik Batang Kontolnya dari mulutku, yah PakDhe menuju kearahku sedang Rudi menuju tubuh Rifda, aku ragu apakah aku akan melakukannya dengan orang yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku ini, namun PakDhe ternyata langsung menarik pantatku hingga tubuhku telentang pada kursi besar di belakangku dan Batang Kontolnya berada tepat didepan tempikku, mengetahui aku sudah terangsang dengan sekali tekan Kontol PakDhe segera menerobos lobang tempikku sesaat terasa sakit. “Adu… h… pelan-pelan… dong PakDhe… !” Teriakku. “Ah sorry Rin, lupa aku, tempik kamu sudah lama tak terisi ya! Tahan sebentar ya… kamu tahu ini ..enak..” kata PakDhe sambil menarik Batang Kontolnya dari dalam tempikku, aku merasa seluiruh isi tempikku tertarik. “Pelan-pelan… ” kataku lagi, tapi ternyata Pakdhe langsung menggenjot Batang Kontolnya itu keluar masuk. Tiba-tiba rasa sakit yang kurasakan menjadi rasa geli dan nikmat. “Ah… a… ayou… lagi PakDhe… terus… sh… haa… ” yang kurasakan tempikku jebol luar dalam namun ennaak sekali, sudah cukup lama bagiku waktu 4 bulan menanti yang seperti ini, aku tak peduli meski ini kudapat dari seorang yang selama ini menampungku. Saat sibuk menikmati sodokan Kontol di tempikku, sempat kulihat Rudi memompa pantatnya sementara Rifda mulutnya terbuka menahan nikmat yang akan dia dapat untuk kedua kalinya dengan posisi miring dan kaki kirinya terangkat sehingga memudahkan Kontol gede milik Rudi mengobrak abrik isi tempiknya, tak berapa lama Rifda sudah menggelepar keenakan… “Sudah Rud… Aahh.. aku… ah… !” tampak Rifda sudah mengalami orgasme yang keduanya. sementara kulihat muka PakDhe memerah menahan sesuatu. “Rin… memek… kamu… serr… et… aku tak… tahan… ah” PakDhe rupanya sudah mendapatkan ganjaran karena berani memasukan Kontol nya ke milikku yang memang masih peret, dia menarik tongkolnya dan mengeluarkan pejunya pada susuku dan wajahku. “Ah… ah… ” teriak PakDhe setiap kali cairan itu keluar dari kepala Kontol nya. “Ya… PakDhe… !” kataku kecewa, aku belum merasa orgasme! Tak kuhiraukan PakDhe sibuk dengan Kontol nya yang mulai mengecil, saat kupandang Rudi yang mengocok Kontol nya sendiri dia tersenyum padaku dan akhirnya Kontol yang cukup gede itu datang padaku, tangan Rudi memegang pantatku, aku tahu dia ingin posisi anjing nungging, kubalik tubuhku menghadap sandaran kursi sedang kedua lututku tersangga pinggiran kursi, tak berapa lama tongkol Rudi sudah digesek-gesekkan pada pantatku yang putih mulus, “Ayoh Rud kamu mau merasakan seperti yang di rasakan PakDhe?” kataku nakal, aku tak tahu dan tak mau tahu apa yang kulakukan yang pasti aku mendapatkannya saat ini, akhirnya Rudi pun memasukan batang Kontolnya ke dalam tempikku. “A… euh… ah… em… ya… ” Kontol yang menerobos di bawahku memang terasa sangat gede seolah menyentuh rongga-rongga di dalam tempikku. Pantas Rifda mulut Rifda tak bersuara apa-apa ternyata ini yang dirasakannya. “Eh… eh… eh… ” Rudi menekan maju mundur Kontolnya sementara tangannya meremas payudaraku yang menggelantung terlihat tambah besar dan bibirnya mencium punggungku, cukup lama Rudi menggenjot tubuhku dari belakang, kini dia memintaku untuk berdiri menghadap tubuhnya dengan mengangkat kaki kiriku dia memasukan Kontol nya dari depan. “Ya… h… he… he..lagi… lagi… ” nafasku terengah-engah menahan serangan Rudi yang belum pernah kulakukan dengan mantan suamiku dulu. Sensasi yang luar biasa aku dapatkan dari laki-laki ini, sentakannya sangat mantab dan sodokkan Kontolnya sangat luar biasa. “Rud… puaskan… puaskan… a.. ku… dengan kontol besarmu itu… Ter… us… sh… Aagghh” kata-kataku tak terkontrol lagi karena tempikku merasakan hal yang sangat luar biasa dan belum pernah aku merasakan yang seperti ini. Akhirnya aku merasa kebelet pipis dan geli bercampur menjadi satu… “Aku… ae… kelu… ar Rud… ah..” Puas, aku puas! Jeritku dalam hati ini penis yang aku harapkan setiap masturbasi, sementara Rudi tetap mengocok Kontolnya sambil menahan tubuhku yang terasa lemas agar tak terjatuh, “Pepek kamu… mem… mang… enak… ach” akhirnya Rudi menarik Kontolnya dari tempikku dan menyemprotkan spermanya ke mukaku. “Ah… hangat… enakkan… Rud?” tampaknya tempikku memuaskan Rudi. Cahaya terang dari kamera yang merekam semua tadi tampak meng-close up mukaku yang tampak ceria! Akhirnya, aku menikmati semua ini, semua kulakukan dengan senang hati. Karena BuDhe adalah ketua dari semua pekerjaan ini dan Rifda dan Agatha adalah teman SMPku, sehingga aku bekerja menjadi pemain film blue seperti yang dulu sering kulihat di keping VCD

Cerita Birahi dan Nafsu Aku Hamili Tante Cantik Ku

Cerita Birahi dan Nafsu Aku Hamili Tante Cantik Ku | Namaku Endroy ini adalah sebuah cerita tentang tante saya bernama Indri, saya mulai aktif melakukan aktivitas seksual sewaktu saya masih 19 tahun. Teman-teman saya yang memberitahu bagaimana cara bermasturbasi dan saya mulai melakukan itu.dan saya benar-benar menikmatinya. Saya selalu ingin melakukan hubungan seks tetapi tidak mendapatkan kesempatan sampai saya kuliah. Saya kuliah di Cikupa. saya tidak kost tetapi memustuskan untuk tinggal di rumah tante Indriyang kebetulan ada di Cikupa walaupun agak jauh dari kampus. Anto Suami Tante Indriadalah seorang Pengusaha. Tanteku sangat cantik dan proposional dengan tinggi badan 170 dan berat 56 serta buah toket gede gede montok yang membuat aku cukup sange dibuatnya. Dari hari pertama aku sudah mulai bermasturbasi dengan menghayalkan dia. Umur dia sekitar usia 33, dan mempunyai 2 orang anak , Ranny yang berusia 10 tahun dan Cariza yang berusia 7 tahun. saya menempati kamar atas yang kosong. Setelah kurang lebih satu minggu aku menjadi lebih akrab dengan Tanteku ,Segera pikiran kotor menghingapiku ketika aku berdekatan dengan dia.

Tingkah laku dia juga sangat ramah. Ia mulai sering mengajaku pergi ke mall dengan memakai mobilnya. Ia bahkan tak pernah ragu untuk membeli pakaian dalamnya di depanku. Aku baru tahu bahwa dia sangat suka menggunakan pakaian dalam yang sexy. Aku sering memuji dengan mengatakan bahwa tante lebih muda dari usia tante. Suatu hari aku tidak masuk kuliah. Saya memutuskan untuk tinggal di rumah. Pada siang hari ada film di tv, jadi saya pergi ke ruang tengah untuk menonton. Ternyata dia sedang menyiram tanaman di taman belakang dengan hanya memakai kaos longgar tanpa lengan dan celana pendek sehingga pahanya yang putih kelihatan langsung penis saya menegang melihat itu.. Saya memutuskan untuk mendapatkannya pada hari itu.
Ketika dia selesai menyiram tanaman dia langsung bergabung dengan saya. Tiba-tiba listrik mati pergi. Jadi kita mulai ngobrol tentang kehidupan perkawinannya. Aku perlahan membelokan pembicaraan dan berkata “ tante sangat cantik sekali “. Saat itu dia kaget dan melihat aku bahkan dia melihat celana saya pakai. saya yakin dia melihat kemaluanku yang mengang. Saya berkata lagi “ Tante seperti kakaknya Ranny bukan Ibunya “
“ kamu bercanda, Roy”?
Aku berkata lagi “ sumpah Tan, apalagi kalau tante memakai Tank top dan rok pendek akan terlihat lebih muda lagi “. Saat itu dia tersenyum. Saya bertanya lagi” apakah tante dapat memakainya sekarang”

Awalnya dia menolak tapi saya terus memaksanya akhirnya dia berkata “ok”.
Langsung kemaluanku menegang dan mulai ingin keluar dari sarangnya. “tapi kamu jangan macam macam yah “Saya berjanji, setelah itu dia pergi kekamarnya dan Saya mulai memegang kemaluan saya.

Ketika ia keluar saya terpesona
Dia terlihat sangat muda dan seksi. dia tersenyum dan berkata” kamu melanggar janjimu.Aku Cuma tersenyum. Buah dadanya kelihatan seperti mau muntah dari tanktopnya dan putingnya keliahatan tercetak ternyata dia tidak memakai bra kebawahnya dia hanya memakai rok mini sehingga kakinya yang panjang telihat sangat sexy. Aku pergi mendekatinya dan berkata “saya ingin mencium Tante “ tapi dia menolak aku tak mau kehilangan buruanku aku pegang pinggangnya dan mulai menciumnya, untuk beberapa waktu dia berusaha melakukan perlawanan tetapi kemudian ia berhenti mencoba. Saya merasakan nafas dia sudah tidak teratur.saya mulai meremas pantatnya dan dia mengangkat roknya ke atas serta memasukan tangan saya ke dalam celana dalamnya dari belakang dan menekankan pantatnya dengan keras
Hingga akhirnya ia berhenti melawan. Aku terus menciumnya dan mulai meremasi dadanya yang besar Saya membawa dia ke Sofa


Setelah sekitar 20 menit kami saling berciuman dan saling meraba, Tante Indrimelepaskan pelukan dan ciumannya. Lalu Tante Indrimenuntun tanganku untuk membuka bajunya. Tanpa diminta dua kali, tanganku pun mulai beraksi melepas Tanktop Tante Dona
"Tetek Indrigede banget sih. Endroy suka deh," kataku sambil meraba payudara Tante Dona.
"Jangan diliatin aja donk Sayang..! Dijilat dan disEndroyt donk Sayang..!" pinta Tante Dona.
Tanpa dikomando dua kali, aku langsung saja menjilati payudara Tante Indriyang sebelah kanan. Sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara Tante Indriyang sebelah kiri.
"Aahh.. Ohh.. fish..!" teriak Tante Indriketika buah dadanya kujilat dan kusEndroyt-sEndroyt.
Secara bergantian payudara Tante IndrikusEndroyt dan kujilati, sedangkan tangan kanan Tante Indrimeremas-remas batang penisku dari luar CD-ku. Dan tanpa sadar, Tante Indriberusaha melepaskan CD-ku. Tanteku menaikkan pinggulnya saat kutarik rok mininya. Aku melihat CD yang Tanteku kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium CD Tanteku tepat di atas kemaluannya dan meremasnya. Dengan cepat kutarik CD Tanteku dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan Tanteku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan Tanteku terlihat
"Do, tongkol kamu gede bauanget," kata Tanteku takjub melihat batang penisku yang sudah menegang.
"Masa sih Don.?" tanyaku seakan tidak percaya,
Tanteku dengan tangan kanannya terus meremas-remas kemaluaku.
Dan tidak lama Tanteku pun berjongkok, lalu tersenyum. Tanteku mendekatkan wajahnya ke kemaluanku, lalu mulai mengeluarkan lidahnya.
"Uuhh.. aahh.. enak Don..!" aku berteriak ketika lidah Tanteku mulai menyentuh kepala penisku.
Tanteku masih menjilati penisku, mulai dari pangkal sampai ujung kepala penisku. Dan kedua bijiku pun tidak terlewatkan oleh lidah Tanteku. Aku hanya memejamkan mata sambil mendesah-desah memperoleh perlakuan seperti itu.
Setelah sekitar sepuluh menit, aku merasa kemaluanku berada di sebuah lubang yang hangat. Aku pun membuka mataku dan melihat ke bawah. Ternyata sekarang separuh penisku sudah masuk ke mulut Tanteku.
"Aahh.. oohh.. yeeahh.. enaakk ba..nget Donnn..!" teriakku lagi.
Kuperhatikan penisku diemut-emut oleh Tanteku tanpa mengenai giginya sedikit pun. Lidah Tanteku bergerak-gerak dengan lincah seperti ular.
Dan sekarang kulihat Tanteku menyEndroyt-nyEndroyt bulu kemaluaku seperti mau dikeramasi.
"Donn.. enak Donaaaa..!" aku hanya dapat berteriak.
dengan cepat dan liar Tanteku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan.. "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut Tanteku. Setelah itu Tanteku berdiri lalu duduk di sebelahku. Kedua kakinya dikangkangkan sehingga aku dapat melihat vaginanya dengan jelas.
"Sayang, sekarang kamu jilatin memiawku ini..!" kata Tanteku sambil menunjuk ke arah vaginanya.
Setelah itu Tanteku tidur telentang di lantai. Aku langsung saja menuju bagian bawah pusar Tanteku. Kudekatkan wajahku ke vagina Tanteku, lalu kukeluarkan lidahku dan mulai menjilati vaginanya.
"Ahh.. fuuckk.. yeaahh.. shiitt.. hisapnya itilnya Sayang..!" Tanteku hanya dapat meracau saat kujilati vagina dan klitorisnya kuhisap-hisap.
"Ohh.. Aahh.. fuuck.. mee.. yeaahh.. masukin tongkolmu sekarang Sayang..! Aku udah nggak tahan..!" pinta Tanteku memohon.
Aku pun perlahan bangun dan mensejajarkan tubuhku dengan Tanteku . Kugenggam batang penisku, lalu perlahan-lahan kudorong pantatku menuju vagina Tanteku. Aku buka lebar paha Tanteku, lalu aku arahkan penisku ke memiaw Tanteku yang sudah basah dan licin. Tangan Tanteku segera memegang penisku lalu mengarahkannya ke lubang memiawnya. Tak lama.. Bless.. penisku langsung memompa memiaw Tanteku Terasa seret, dan enak rasanya menjepit penisku..
"Ohh.. Sshh.. Oh, Endroy.. Mmhh..." desah Tanteku ketika aku memompa penisku agak cepat.
Tanteku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya. Tak lama, tiba-tiba Tanteku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang.
"Oh, Do..Aku mau keluarr.. Mmhh..." jerit kecil Tanteku.
"Terus setubuhi Aku..." desahnya lagi.
Beberapa saat kemudian tubuh tanteku melemah aku yang juga keluar tanpa melepaskan penisku dari vagina Tanteku cepat membalikan tubuhnya hingga menungging "Aduhh.. enak.. sekali Sayang..! Kamu.. pin..tarr.. Sayang..!" jerit Tanteku ketika kusetubuhi dari belakang . aku terus mengent*tnya dengan cepat. Tanteku pun membalas dengan menggoyangkan pantatnya dengan cepat,pula dan terasa ada cairan hangat yang menyembur di dalam tubuhnya.sepertinya dia mengalami orgasme kembali “ aku keluar lagi sayang…. Kamu hebat “ mengetahui hal itu aku terus mengenjotnya dengan cepat karena aku juga merasakan akan keluar Dan memang, aku sudah tidak tahan lagi, dan gerakanku makin cepat, nafas makin memburu dan dengan mengerang parau, muncratlah spermaku di dalam vaginanya, crot.. crot.. crott.., dan Tanteku yang juga kelihatannya kembali mencapai orgasme yang ketiga, mengetahui aku sudah keluar, ia memutar-mutar pinggulnya kesana kemari membuat penisku ngilu dan seperti diputar-putar. Dan kemudian ia memiawik tertahan sambil melentingkan tubuhnya dan terkulai lemas
Kami kemudian terlelap tidur karena kecapaian 1 jam kemudian kami terbangun dan Tanteku mengajak mandi bareng di kamar mandi kembali kami melakukannya .
Semenjak saat itu kami hampir tiap hari mengulangi persetubuhan ini siang ketika rumah sedang sepi sebelum aku berangkat kuliah dan malam malam sering tanteku masuk ke kamarku sehingga sebulan kemudian tanteku berkata “ kamu akan menjadi ayah sayang” selama kehamilannya Tanteku malah semakin bergairah dalam melakukan hubungan badan sampai bulan kedelapan kehamilannya pun kami terus berhubungan.Akhirnya Tanteku melahirkan bayi perempuan yang dia beri nama Yolla.

  1. Selama 5 tahun aku kuliah dan tinggal di rumah tanteku, tanteku telah melahirkan 3 orang anak yang semunya adalah hasil perbuatankuka cukup baik pada keluargaku dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka 

Air imajinasi

Air imajinasi 
sebuah air yang bisa membawa kehidupan,subuah air yang bisa memberikan insfirasi terhadap otak dan tubuh kita.
mngkin di dunia ini air sangat berarti dalm keseharian kita tapi air yang sesungguh nya ituh adalah air mata hati kita .
air ini bisa memberi kita inspirasi air ituh jernih suci dan rata jika sebuah air kita taburkan satu tetes tinta maka air itu akn menjadi keruh sma seperti otak kita jika kita slalu berfikir negatif otak kita juga akan menjadi ngebleng kosong dan bisa menyebabkn setres,jika sebuah galon kita isi dengan air terlalu banyak maka air ijuh akan jatuh kebawah sama seperti otak kita jika pikiran kita terlal bayak maka akn timbul rasa beban yang sangat berlebihan itu juga bisa menyebabkn stres...............
kunci untuk kita bisa sukses adalah....
1.kita rusbisa membedakn mana yg baik dan yang buruk
2.jngn pernah mebikin air ituh keruh 
jadilah diri sendiri buat hidup lebih hidup....